Bukan Tentang Yang Telah Pergi, Tapi Tentang Kita yang Masih di Sini


Saudaraku yang dirahmati Allah,
Seringkali kita mendengar undangan haul. Mungkin di masjid dekat rumah, mungkin di pesantren, mungkin hanya lewat status WhatsApp. Tapi tahukah kita… haul bukan sekadar mengenang hari wafat seseorang. Ia lebih dalam, lebih bermakna.

Haul itu bukan tentang yang telah pergi.
Haul itu tentang kita… yang masih diberi waktu.
Waktu untuk ingat. Waktu untuk meneladani. Waktu untuk memperbaiki diri.

Mengapa Kita Hadir di Haul?


Bukan karena sekadar “acara tahunan”.
Bukan karena ramai atau karena suguhannya.
Tapi karena cinta.

Cinta kepada orang shalih.
Cinta kepada para wali Allah.
Cinta kepada guru kita, yang dulu membimbing tanpa meminta bayaran, yang doanya masih melindungi kita hingga hari ini.

Saya sendiri, setiap kali hadir di haul, hati ini terasa disentuh. Ada suasana yang sulit dijelaskan… seolah ruh mereka menyambut kita, seolah mereka berkata, "Lanjutkan perjuangan kami. Jangan biarkan cinta ini berhenti di batu nisan."

Apa yang Kita Dapat dari Haul?


Satu hal yang saya yakin: haul itu bukan rutinitas, tapi pengingat.

Saat kita duduk bersama, membaca tahlil dan Yasin, kita sedang mengirimkan hadiah untuk mereka yang telah berpulang.

Saat kita mendengar tausiyah, kita sedang menimba cahaya dari warisan ilmu mereka.

Saat kita berkumpul dalam cinta kepada ulama, kita sedang menyambung rantai sanad hati dan ruhani.

Di haul, kita melihat wajah-wajah yang tadinya jauh jadi dekat.
Kita lihat anak kecil duduk di samping orang tua.
Kita lihat air mata yang jatuh diam-diam, tanpa suara.
Semua bersatu dalam satu cinta: cinta karena Allah.

Haul, Ladang Cinta yang Tak Pernah Kering


Saudaraku…
Jangan remehkan haul. Karena haul adalah bentuk adab kita kepada guru. Karena haul adalah pelajaran bahwa hidup bukan soal popularitas, tapi soal manfaat. Bukan soal banyaknya harta, tapi berkahnya umur.

Saya sering bilang,
"Kalau kamu rindu pada orang shalih, datanglah ke haul mereka."
"Kalau kamu ingin hatimu bersih, hadirkan dirimu di majelis haul."
"Kalau kamu ingin anak-anakmu cinta ulama, ajak mereka ke haul, biarkan mereka menyentuh barokahnya."

Mari Hadir, Mari Hadirkan Hati


Saudaraku,
Haul bukan ajang pamer, bukan ritual tanpa ruh.
Haul adalah undangan cinta. Dan yang diundang adalah mereka yang hatinya hidup.

Kalau kamu baca ini dan pernah rindu pada seorang guru,
Pernah menangis diam-diam mengenang seseorang yang kamu cintai karena Allah,
Maka datanglah ke haul.
Bukan karena kamu sempurna, tapi karena kamu butuh.
Bukan karena kamu pantas, tapi karena kamu masih diberi kesempatan untuk mengingat dan memperbaiki diri.

Penutup


Semoga Allah merahmati para masyayikh kita,
mengangkat derajat para guru kita,
dan menjadikan haul-haul yang kita hadiri sebagai magnet rahmat dan keberkahan dalam hidup kita.

Dan semoga kelak, ketika kita pun tiada…
Allah hadirkan orang-orang yang mau duduk dan mendoakan kita…
sebagaimana kita hari ini duduk dan mendoakan mereka.

Aamiin ya Rabbal ‘Alamin.

Posting Komentar

0 Komentar