ILMU ITU ADA DUA MACAM
Ilmu itu ada dua macam sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam :
قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: الْعِلْمُ عِلْمَانِ عِلْمٌ فِي الْقَلْبِ فَذَلِكَ الْعِلْمُ النَّافِعُ وَعِلْمٌ عَلَى اللِّسَانِ فَذَلِكَ حُجَّةُ اللهِ عَلَى خَلْقِهِ.
" Ilmu ada dua macam : Ilmu yang ada di hati maka itulah ilmu yang bermanfaat dan ilmu yang ada di lisan, dan itu sebagai bukti Allah atas hamba-Nya." (HR. Atturmudzi)
Pertama:
Ilmu yang berbuah di hati manusia. Yaitu ilmu tentang Allah, ilmu tentang nama dan sifat-Nya serta perbuatan-Nya. Ilmu semacam ini akan membuahkan rasa takut, pengagungan, ketundukan, kecintaan, harapan, doa, tawakkal dan lainnya. Itulah yang disebut ilmu yang bermanfaat.
Ibnu Mas’ud berkata, “Suatu kaum ada yang membaca Al-Qur’an yang tidak melewati kerongkongan mereka. Jika saja ilmu itu tertanam dalam hati, tentu akan bermanfaat.”
Al-Hasan Al-Bashri berkata, “Ilmu itu ada dua macam. Ada ilmu pada lisan (omongan belaka). Jika ilmu hanya di lisan, maka ilmu itu yang malah akan menjatuhkan kita pada hari kiamat. Ilmu yang menancap dalam hati, itulah ilmu yang bermanfaat.”
Kedua:
Ilmu yang hanya sekedar hiasan di bibir. Ilmu semacam inilah yang nanti akan melemahkan manusia itu sendiri sebagaimana disebutkan dalam hadits,
وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ
“Al-Qur’an bisa menjadi argumen untuk membelamu atau menjatuhkanmu.” (HR. Muslim, no. 223)
Jadi ilmu yang akan terangkat pertama kali adalah ilmu naafi’ (ilmu yang bermanfaat) yaitu ilmu yang menancap dalam batin, bersemayam dalam hati dan ilmu yang memperbaiki hati. Ilmu yang ada nantinya adalah ilmu yang jadi hiasan bibir. Ilmu itu malah nantinya dihinakan. Tak ada lagi yang tahu praktik dari ilmu tersebut. Tidak ada pula ulama yang memikul ilmu itu lagi, tidaklah aku dan tidak pula mereka. Lambat laun ilmu tersebut hilang bersama dengan hilangnya para guru yang mengajarkan ilmu (ulama). Yang ada nantinya cuma goresan tulisan di mushaf. Tak ada lagi yang tahu maknanya. Tak ada lagi yang paham akan batasan dan hukumnya. Sampai nanti di akhir zaman sama sekali tak ada lagi ilmu di mushaf-mushaf dan di hati manusia. Setelah itu terjadilah kiamat.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ إِلاَّ عَلَى شِرَارِ النَّاسِ
“Hari Kiamat tidak akan terjadi kecuali pada manusia yang paling jelek.” (HR. Muslim, no. 2949)
Juga dalam hadits lainnya disebutkan,
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ عَلَى أَحَدٍ يَقُولُ اللَّهُ اللَّهُ
“Hari kiamat tidaklah akan terjadi ketika ada seseorang yang mengucapkan: Allah, Allah.” (HR. Muslim, no. 148)
Apakah saat ini kita sudah masuk pada waktu ilmu itu hanya sekedar jadi hiasan bibir?
Semoga jadi renungan bersama yang membuat kita semakin memperbaiki diri.
_
[ Catatan Singkat Kajian : Kitab Adabul Sulukil Murid - Alhabib Abdullah Bin Alwi AlHaddad ]
0 Komentar