Orang Kaya yang Dermawan Lebih Mulia daripada Orang Kaya yang Hanya Menyimpan Harta

Saudaraku yang dirahmati Allah,

Setiap nikmat yang Allah titipkan kepada kita, apa pun bentuknya, selalu memiliki titik ujian. Ada orang diuji dengan kekurangan, ada pula yang diuji dengan kelapangan. Dan sungguh, ujian kelapangan itu lebih berat daripada ujian kekurangan, karena tidak semua orang mampu tetap rendah hati ketika diberi banyak oleh Allah.

Salah satu bentuk kelapangan yang paling besar adalah harta. Dan dalam Islam, harta bukan sekadar angka di rekening atau barang yang bisa kita miliki harta adalah amanah. Sesuatu yang akan kita pertanggungjawabkan satu per satu di hadapan Allah kelak.

Di sinilah letak bedanya dua golongan orang kaya:

orang kaya yang dermawan, dan orang kaya yang hanya menyimpan harta.

Kaya yang Dermawan: Kaya Harta, Kaya Hati

Orang kaya yang dermawan itu memiliki cahaya di wajahnya, karena ia memahami bahwa harta yang dititipkan Allah bukan hanya untuk dirinya sendiri. Ia sadar bahwa ada hak orang lain yang Allah titipkan melalui tangannya. Ia tahu bahwa sedekah itu bukan mengurangi, tetapi menghidupkan.

Setiap ia memberi, bukan harta yang keluar… tapi beban hidupnya yang berkurang, dosanya yang luruh, dan pintu-pintu rizki yang terbuka.

Ia tidak takut berkurang, karena ia yakin bahwa Allah yang memberi jauh lebih cepat mengganti daripada yang ia keluarkan. Ia juga tidak merasa lebih tinggi dari orang lain. Justru ia merasa bahwa melalui sedekah itu, Allah sedang membantunya membersihkan hati.

Inilah kemuliaan yang Allah beri kepada orang-orang dermawan.

Rasulullah ï·º bersabda:

“Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Yang memberi lebih mulia daripada yang meminta.

Kaya yang Menyimpan Harta: Kaya Secara Dunia, Miskin Secara Rasa

Sebaliknya, ada pula orang yang Allah beri banyak, namun ia merasa harta itu sepenuhnya miliknya. Ia simpan, ia timbun, ia tumpuk, seolah-olah harta itu bisa menjamin kebahagiaan dan keselamatan hidupnya.

Padahal saudaraku,

harta yang tidak digunakan untuk kebaikan itu seperti air yang menggenang lama-lama akan menjadi keruh. Begitu juga hati orang yang hanya menyimpan hartanya, ia akan merasa gelisah, selalu takut kurang, selalu merasa tidak cukup meskipun memiliki segalanya.

Ia tidak menyadari bahwa harta yang tidak dibagikan, tidak akan pernah menghidupkan jiwanya.

Para ulama mengatakan:

“Harta yang tidak dikeluarkan di jalan Allah akan menjadi beban hisab di akhirat, bukan penolong.”

Untuk inilah, orang kaya yang hanya menyimpan harta tidak memiliki kemuliaan sebesar orang kaya yang dermawan. Dunia mungkin memujinya, tetapi akhirat menilainya berbeda.

Harta yang Berkah adalah Harta yang Mengalir

Kita sering menyangka keberkahan itu terletak pada jumlah. Padahal tidak.

Keberkahan justru terletak pada alirannya.

Uang seratus ribu yang disedekahkan bisa membuka pintu rizki sejuta.

Seribu rupiah yang diberikan kepada orang miskin bisa menjadi penyelamat di hari kiamat.

Satu bantuan kecil yang kita lakukan bisa menjadi pintu hidayah bagi seseorang.

Harta yang dibagikan itu hidup. Ia naik ke langit, menjadi saksi amal kita, dan Allah lipatgandakan balasannya.

Sedangkan harta yang disimpan terus… ia diam, tidak bergerak, tidak menjadi manfaat, dan hanya akan meninggalkan hisab yang panjang.

Mengapa Dermawan Begitu Mulia?

Karena dermawan itu bukan hanya tentang harta.

Ia adalah tentang:

  • Kebersihan hati,
  • Keikhlasan,
  • Rasa syukur,
  • Cinta kepada sesama,
  • Dan keyakinan penuh kepada Allah.

Orang yang dermawan itu percaya bahwa Allah tidak akan pernah mengecewakan hamba yang memberi di jalan-Nya.

Dan benar saja dalam hidup, kita sering melihatnya:

Orang yang rajin bersedekah selalu dimudahkan urusannya, diluaskan dadanya, dan dibuat ringan langkahnya oleh Allah.

Penutup: Menjadi Kaya yang Allah Cintai

Saudaraku,

Jika Allah titipkan harta kepada kita, sekecil apa pun, jadikan itu sebagai kesempatan untuk mengalirkan kebaikan. Jangan tunggu kaya raya untuk memberi. Mulailah dari yang kecil. Yang penting ikhlas.

Karena sungguh…

Yang paling mulia bukan yang paling banyak punya,

tetapi yang paling banyak memberi.

Semoga Allah menjadikan harta kita sebagai penolong, bukan beban. Menganggap kita termasuk hamba-hamba-Nya yang dermawan, bukan yang pelit.

Dan semoga setiap rizki yang masuk ke hidup kita menjadi jalan menuju surga.

Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

Posting Komentar

0 Komentar