Hidup itu kadang penuh warna. Ada saat kita merasa di atas angin, ada juga saat kita seperti terpuruk di bawah. Ada waktu kita merasa cukup, tapi ada kalanya hati terasa hampa. Nah, di momen-momen seperti itu sering muncul dua hal: iri sama orang lain dan sedih berlebihan dengan kondisi diri sendiri.
Padahal, kalau kita mau sedikit lebih tenang, ada pesan indah yang bisa jadi pegangan: jangan iri, jangan sedih, teruslah bersyukur tanpa tapi dan bersabar tanpa tepi.
Jangan Iri pada Nikmat Orang Lain
Coba deh renung sebentar. Pernah nggak kita lihat teman, saudara, atau bahkan orang asing yang hidupnya kelihatan lebih mudah daripada kita? Mereka punya rumah bagus, pasangan idaman, pekerjaan mapan, atau kehidupan yang kelihatannya mulus tanpa hambatan. Hati kecil kita kadang spontan bergumam, “Enak banget ya jadi dia…”
Tapi tunggu dulu. Kita nggak pernah tahu apa yang Allah ambil dari hidupnya.
Mungkin dia punya rezeki berlimpah, tapi keluarganya tidak harmonis. Mungkin dia punya wajah rupawan, tapi kesehatannya rapuh. Bisa jadi juga dia punya karier cemerlang, tapi hatinya kosong dari rasa tenang.
Nikmat yang kelihatan belum tentu benar-benar nikmat. Dan musibah yang kelihatan berat, belum tentu benar-benar musibah. Semuanya bergantung pada cara Allah mengatur dan cara kita memandang.
Jadi, kalau ada bisikan iri yang datang, cepat-cepat ingat: Allah kasih setiap orang porsi yang berbeda. Rezeki, ujian, bahkan jalan hidup semuanya sudah pas sesuai takarannya. Yang kita butuhkan hanyalah fokus pada nikmat yang ada di genggaman, bukan sibuk mengukur milik orang lain.
Jangan Larut dalam Kesedihan
Sebaliknya, ada kalanya kita yang diuji. Kehilangan orang tercinta, rezeki yang seret, gagal dalam rencana, atau ditimpa masalah bertubi-tubi. Rasanya hati ingin menyerah, pikiran gelap, dan langkah terasa berat.
Di titik itu, jangan sampai kita tenggelam dalam kesedihan. Kenapa? Karena bisa jadi di balik ujian itu, Allah sedang menyiapkan sesuatu yang jauh lebih indah.
Bayangkan seperti orang yang diberi benih kecil. Untuk bisa tumbuh jadi pohon besar, benih itu harus ditanam dalam tanah gelap, harus disiram, harus diterpa hujan, bahkan kadang diinjak orang lewat. Tapi, setelah semua proses itu, ia akan tumbuh kokoh dan berbuah manis.
Begitu juga kita. Musibah bukan akhir segalanya, tapi awal dari sesuatu yang baru. Allah tahu kapan waktunya menghadiahi kita dengan kejutan-kejutan indah. Kadang kita baru sadar setelah melewati masa sulit, lalu melihat betapa indahnya hikmah yang muncul.
Syukur Tanpa Tapi
Syukur itu obat hati. Kalau kita terbiasa bersyukur, sekecil apa pun nikmat, hidup akan terasa lapang.
Bangun pagi masih bisa bernapas? Syukur. Bisa makan walaupun sederhana? Syukur. Punya sahabat yang peduli? Syukur. Bahkan, masih bisa tersenyum di tengah masalah pun layak kita syukuri.
Masalahnya, sering kali syukur kita bersyarat. “Aku akan bersyukur kalau keinginanku tercapai.” Padahal, sejatinya syukur itu tanpa tapi. Bukan hanya ketika dapat yang besar, tapi juga saat menerima yang kecil. Bukan hanya ketika hidup mulus, tapi juga saat jalannya berliku.
Ingat, nikmat itu bukan hanya harta dan materi. Hati yang tenang, kesehatan yang stabil, kesempatan beribadah, bahkan waktu untuk istirahat juga nikmat besar yang sering kita abaikan.
Sabar Tanpa Tepi
Kalau syukur jadi teman di kala senang, sabar jadi pegangan di kala susah. Dua-duanya saling melengkapi, ibarat sayap kanan dan kiri yang bikin kita bisa terbang menghadapi hidup.
Sabar itu bukan berarti diam tanpa usaha. Justru sabar adalah kekuatan untuk tetap bergerak meski berat. Sabar adalah keyakinan bahwa Allah punya rencana lebih baik daripada rencana kita.
Yang menarik, sabar itu nggak ada batasnya. Makanya disebut sabar tanpa tepi. Bayangkan kalau sabar ada limitnya, mungkin kita sudah habis kesabarannya sejak lama. Tapi justru karena Allah tahu manusia bisa kuat dengan izin-Nya, maka sabar bisa terus dilatih tanpa ujung.
Hidup Itu Sudah Allah Atur Indah
Kadang kita terlalu sibuk memikirkan kenapa hidup nggak sesuai ekspektasi. Padahal, sebagai hamba, tugas kita bukan mengatur, tapi menjalani.
Allah sudah menyiapkan skenario terbaik. Ada bagian yang membuat kita tertawa, ada bagian yang membuat kita menangis. Ada adegan yang terasa ringan, ada pula yang terasa berat. Tapi semuanya ditulis dengan penuh kasih sayang.
Kalau kita bisa percaya sama sutradara film yang merangkai cerita dengan plot twist menarik, kenapa kita nggak percaya sama Allah yang Maha Mengatur dengan sempurna?
Yuk Belajar Bareng-Bareng
Mulai sekarang, coba kita biasakan:
1. Kalau lihat orang lain senang, doakan dia agar nikmatnya berkah, bukan iri.
2. Kalau lagi kena musibah, tenangkan hati dan yakin ada hadiah besar yang menunggu.
3. Kalau dapat rezeki kecil, syukuri dengan tulus.
4. Kalau diuji dengan kesulitan, sabari dengan lapang dada.
Hidup ini terlalu singkat untuk habis hanya dengan iri atau tenggelam dalam sedih. Lebih indah kalau dijalani dengan rasa syukur dan sabar yang tulus.
Penutup
Jadi, sahabat, mari kita resapi pesan sederhana ini:
Jangan iri dengan siapapun, karena kita nggak pernah tahu apa yang Allah ambil darinya.
Jangan terlalu sedih dengan musibah, karena kita nggak pernah tahu hadiah apa yang Allah siapkan setelahnya.
Syukur terus tanpa tapi, sabar terus tanpa tepi.
Hidup akan terasa lebih ringan kalau kita bisa menjalani dengan hati yang ikhlas.
0 Komentar